Wednesday, September 21, 2016




21 september 2016
“ SEJARAH INDONESIA “

1.   Mengapa kenangan akan kejayaan masa lampau memicu munculnya pergerakan nasionalisme melawan imprealisme dan kolonialisme
2.   Mengapa pada abad ke-20 perlawanan Indonesia dilakukan memalui organisasi-organisasi dalam bidang sosial budaya ekonomi dan politik
3.   Mengapa perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 belum bisa mencapai kemerdekaan
4.   Jelaskan arti penting sumpah pemuda dalam kerangka sejarah Indonesia
5.   Mengapa budi otomo dikatakan sebagai pelopor kebangkitan nasional
6.   Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908
7.   Sebutkan tujuan serekat islam
8.   Kemukakan alasan-alasan sehingga ISDV dapat melakukan penyusupan ketubuh SI
9.   Kenapa tanggal 2 mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional
10.Bagaimana kah perjuangan organisasi pergerakan pada masa radikal
Di Indonesia
Jawaban :
1.   Karena rakyat merasa dirugikan dan dipecah belah Bahkan diadu domba oleh bangsa asing sehingga muncul perlawanan rakyat indonesia tidak mau kebebasannya dirampas
2.   Karna bangsa eropa tidak mampu jika hanya tentaranya sendiri
    menghadapi perlawanan,yg maka dari itu bangsa eropa menambah kekuatannya dengan cara melakukan melalui organisasi tersebut.
3.  Kurang adanya persatuan,
a.  Persenjataan masih tradisional,
b.  Diterapkannya Politik devide et impera (politik adu domba) oleh belanda.
c.   Perjuangan tidak terorganisir, lemah kerjasama dan koordinasi (tidak kompak, inginnya masing-masing  menjadi paling menonjol),
d.  Masih tergantung pada satu pemimpin,
e.  Pendidikan rakyat Indonesia masih rendah,
f.   Lemah disiplin (susah diajak maju)



4.   Sumpah pemuda berisi pengakuan bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa yg satu. inti sumpah pemuda yaitu tentang persatuan indonesia. sehingga, dengan bersatunya rakyat  indonesia, bangsa indonesia sampai kapanpun mampu berdiri tegak.
5.   Karena Budi Utomo adalah organisasi pergerakan Indonesia yang pertama   sehingga mempengaruhi organisasi yang lain
6. -Strategi Perjuangan Setelah tahun 1908
  Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia mulai menonjolkan
  Persatuan Perjuangan yang dilakukan tidak lagi menggunakan senjata
  Tradisional melainkan Menggunakan organisasi modern Pemimpin
  perjuangan ialah golongan cerdik pandai,bukan lagi golongan bangsawan
  atau  pemimpin daerah yang lainnya.

7.   Tujuannya adalah memperkuat persatuan pedagang pribumi agar mampu
bersaing dengan pedagang asing terutama pedagang Cina.
8.   Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain: Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri.
9.  Tanggal 2 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai HARDIKNAS Hari Pendidikan Nasional, hari dimana untuk memperingati kelahiran Bapak tokoh pelopor pendidikan di Indonesia sekaligus pendiri lembaga pendidikan taman siswa yaitu Ki Hajar Dewantara dan oleh pemerintah ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional.
10.Organisasi pergerakan nasional Indonesia yang menempuh sikap radikal, diwujudkan dalam gerakan nonkooperatif. Selain itu, tidak bersedia bekerja sama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Tuesday, August 30, 2016

BAB 3 “Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Bangsa Barat “

Posted by : Nur Fajriana Putri  Minggu, 30 Agustus  2016

BAB 3
“Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Bangsa Barat
A. Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Barat
          1     Perlawanan terhadap Portugis
             Perlawanan Rakyat Demak terhadap Portugis
Pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka dengan bantuan Kerajaan Aceh. Penyerangan dipimpin oleh Adipati Unus yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pada masa pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.
Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahillah pada tahun 1527.Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak yang dipimpin Fatahillah dan tentara Portugis. Portugis pun berhasil dipukuk mundur. Kemudian Pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna oleh Fatahillah.
         2.Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis
Portugis mulai mengusik kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam saat berada di Malaka. Portugis berusaha menguasai Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi pusat perdagangan baru setelah jatuhnya Malaka. Pada tahun 1513, Aceh bersama Demak melancarkan serangan ke Malaka, tapi gagal. Portugis pun sama juga gagal melancarkan serangan ke Aceh. Aceh meminta bantuan persenjataan, militer, dan ahli perang dari Turki. Dan bantuan dipenuhi oleh Turki pada tahun 1567. Setelah bantuan dari Turki datang, pada tahun 1568 Aceh bersama Turki menyerang Portugis di Malaka. Portugis terpaksa bertahan mati-matian dalam menghadapi serangan tersebut di Benteng A Famassa. Namun, Portugis dapat menggagalkan serangan dari Aceh.
          3.Perlawanan Rakyat Ternate terhadap Portugis
Perlawanan ternate terhadap portugis – Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka hubungannya dengan Ternate yang semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.
Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau Jawa bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap Portugis. Ya, rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu. Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu mendatangkan pasukan dari Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa wilayah di kerajaan Ternate.
Rakyat Maluku di bawah pimpinan kerajaan Ternate berjuang penuh semangat mempertahankan kemerdekaannya. Tetapi kali ini Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara Portugis dapat menguasai Maluku.
Pada tahun 1565 rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga Sultan memenuhi undangan Portugis.
Tetapi apa yang terjadi? Setiba di benteng Portugis Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan rakyat Maluku. Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun. Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut oleh Ternate. Dengan demikian rakyat Ternate berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.
         4.Perlawanan Kraton Yogyakarta terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan Karesidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Saat itu, Karesidenan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh. Sultan HB II terkenal keras dan sangat menentang pemerintah kolonial sehingga membuat orang Eropa (Inggris) terganggu. Sikap kerasnya tersebut terlihat ketika Raffles untu pertama kali datang ke Yogyakarta pada bulan Desember 1811. Saat itu, Sultan HB II berani bertengkar dengan Raffles. Selanjutnya, juga terjadi pada awal Januari 1812. Dalam pertemuan ini ada insiden kecil yang terjadi ketika tempat duduk Raffles di Keraton Yogyakarta dibuat lebih rendah dari Sultan HB II. Insiden ini pun berhasil diatasi.
Sultan HB II tidak puas dengan hasil pertemuannya dengan Raffles. Sultan HB II semakin kecewa dengan pemerintah Inggris. Secara diam-diam, Sunan Pakubuwana IV (Sultan PB IV) mengutus Tumenggung Ronowijoyo untuk menghadap Sultan HB II dengan membawa surat. Dalam surat itu, Sunan PB IV mengusulkan kerja sama untuk melawan Inggris dan bila berhasil akan membagi 2 wilayah yang telah dirampas oleh orang Eropa. Sultan HB II menyetujui hal itu dan mengirimkan Tumenggung Sumodiningrat. Kesepakatan tercapai pada awal Mei 1812 di Klaten antara Ronowijoyo dan Sumodiningrat.
Tanpa sepengetahuan Sultan HB II, Sunan PB IV mengutus Patih Cokronegoro untuk menemui putra mahkota Yogyakarta. Cokronegoro menyampaikan bahwa Sunan PB IV menghendaki putra mahkota Surojo naik tahta dan bersedia membantunya. Sunan PB IV menawarkan untuk kerja sama melawan Inggris dan ketika Inggris berhasil diusir dari Jawa, wilayah Jawa akan dibagi 2 antara Surakarta dan Yogyakarta. Rencana ini pun tercium oleh John Crawfurd yang segera mengirimkan berita itu pada Raffles. Setelah mendengar berita tersebut, Raffles memerintahkan Mayor Jenderal Gillespie untuk berangkat ke Yogyakarta dan menyerbu Keraton Yogyakarta.
Pada tanggal 19-20 Juni 1812, Inggris menyerbu Keraton Yogyakarta. Dalam pertempuran 2 hari, Inggris berkekuatan 1000 serdadu berseragam merah. Jumlah itu masih ditambah 500 prajurit Leguin Pangeran Prangwedono dari Mangkunegaran, Surakarta. Sultan HB II yang menghadapi Inggris tidak mendapat bantuan dari Surakarta seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa Surakarta akan membantu Yogyakarta dalam melakukan perlawanan terhadap Inggris. Perang ini diakhiri dengan menyerahnya Sultan HB II dan dimulainya penjarahan besar-besaran harta, pusaka, dan pustaka Keraton Yogyakarta. Setelah itu, Raffles memerintahkan penangkapan Sultan HB II. Sultan HB II dibawa ke Batavia dan menunggu pengadilan disana. Sultan HB II dijatuhi hukuman pembuangan ke Pulau Penang pada awal Juli 1812. PB IV pun dirampas sebagian wilayahnya.
             5.Perlawanan Rakyat Palembang terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Raffles mengirim 3 orang utusan yang dipimpin oleh Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng Belanda di Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah di Pulau Bangka. Sultan  Mahmud Badaruddin II menolak permintaan itu dengan merujuk pada surat Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang merdeka. Raffles pun kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan Mahmud Badaruddin II menjadikan isi suratnya dahulu sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris.
Raffles pun memilih untuk mengkhianati janjinya tersebut. Ia mengirim ekspedisi perang di tahun 1812 yang dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie. Ekspedisi pun sampai dalam waktu 1 bulan di Sungai Musi. Sultan Mahmud Badaruddin II juga sudah bersiap-siap menghadapi gempuran tersebut.
Kesultanan Palembang akhirnya jatuh ke tangan Inggris hanya dalam waktu  1 minggu karena pertahanan di Pulau Borang sudah jebol tanpa perlawanan yang berarti. Ternyata adik sultan yang bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin telah menjadi komandan yang pengecut bagi pasukannya di pulau yang strategis itu. Mengetahui hal itu, Sultan Mahmud Bdaruddin II segera meninggalkan keraton Palembang dengan membawa seluruh tanda kebesaran kesultanan lalu mempersiapkan perlawanan gerilya terhadap Inggris.
Tanggal 26 April 1812, bendera Inggris sudah berkibar di atas benteng Palembang. Dan tanggal 14 Mei 1812, Najamuddin diangkat oleh Robert Gillespie atas nama Inggris untuk menggantikan kakanya sebagai Sultan Palembang. Tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung akhirnya diserahkan oleh sultan boneka ini kepada Inggris. Robert Gillespie ditarik pulang ke Batavia karena keberhasilannya dan digantikan oleh Kapten R. Mearers menjadi Residen Palembang. Pertengahan Agustus 1812, Mearers memimpin pasukannya untuk menyerang Sultan Mahmud Badaruddin II di Buaya Langu, hulu Sungai Musi. Mearers mengalami luka parah dalam pertempuran ini yang akhirnya meninggal di rumah sakit di Muntok.
Mearers digantikan oleh Mayor William Robinson. Tampaknya ia tidak cocok dengan Sultan Najamuddin yang dinilai menjadi sultan yang lemah dan tidak dihargai oleh rakyat. Robinson tidak setuju dengan keputusan Raffles yang mengangkat sultan tersebut, dan juga ia tidak suka dengan kebiasaan Raffles yang suka mengumbar janji, juga pembiaran yang dilakukan Raffles pada peristiwa pembantain paukan Belanda. Atas inisiatifnya sendiri, Robinson mengirim seorang perwira didampingi penerjemah untuk bernegosiasi dengan Sultan Mahmud Badaruddin II, namun gagal.
Pada tangal 19 Juni 1813, Robinson datang sendiri untuk menemui Sultan Mahmud Badaruddin II di Muara Rawas. Misi yang dilaksanakan Robinson pun berhasil. Sultan Mahmud Badaruddin II mau kembali ke Palembang untuk menggantikan adiknya. Akhirnya, tanggal 13 Juli 1813, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke istananya (keraton besar) di Palembang, sementara adiknya bertempat tinggal di keraton lama.
Raffles sangat tersinggung dengan keputusan Robinson karena tidak meminta pendapatnya dulu. Akhirnya, perjanjian Robinson dengan Sultan Mahmud Badaruddin II dibatalkan sepihak. Robinson pun dipecat dan ditangkap dengan alasan menerima suap dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Tanggal 4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W. Colebrooke tiba di Palembang untuk menurunkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari tahtanya kembali untuk digantikan oleh Sultan Najamuddin. Uang yang dikatakan uang suap untuk Robinson dikembalikan pihak Inggris ke Sultan Mahmud Badaruddin II lengkap dengan bunganya. Dan tanggal 21 Agustus 1813, Sultan Najamuddin kembali menduduki tahtanya di keraton besar.
         B.            Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum dan    
                      Sesudah abad ke 20        
Pada abad ke-16 bangsa Eropa berlayar ke wilayah Timur, diantaranya Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka adalah mencari rempah-rempah dan juga menyebarkan agama kristen. Setelah sampai Nusantara keserakahan mereka timbul, yang awalnya hanya ingin berdagang tiba-tiba mereka ingin menguasai Nusantara. Keinginan mereka itulah yang melatarbelakangi bangsa Indonesia melakukan perjuangan.
1       Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum abad ke-20
Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Banyak yang memeras, menyiksa dan merebut hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajah hampir dilakukan diseluruh wilayah, terutama di daerah yang menjadi pusat kekuasaan penjajah.
Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC menggunakan senjata dimulai pada abad ke-17, dimana perlawanan tersebut dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Untung Surapati, Trunajaya, dan Ibnu Iskandar dari Minangkabau.




Sedangkan yang berjuang pada abad ke-19 antara lain :
o   Thomas Matulesy ata Pattimura dari Maluku (1817)
o   Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi di Jawa (1825-1830)
o   Tuanku Imam Bonjoldari Minangkabau Sumatera Barat (1822-1837)
o   Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang (1817)
o   Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat dari Kalimantan (1859-1862)
o   I Gusti Kentut Jelantik dari Bali (1846-1849)
o   Anak Agung Made dari Lombok (1895)
o   Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nyak Dien dari Aceh (1873-1904)
o   Si Singamangaraja XII dari Batak (1878-1907)
Berbagai perlawanan rakyat Indonesia yang terjadi pada sebelum abad ke-20 seperti perlawanan Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Agung serta perlawanan-perlawanan rakyat lainnya masih dalam batas-batas wilayah yang sempit dan parsial. Akibatnya perlawanan-perlawanan tersebut dapat diredam oleh kekuatan penjajah yang sudah menguasai secara nasional di Indonesia.
Kegagalan perjuangan dengan kekerasan senjata oleh para pahlawan baik ketika melawan Portugis, Belanda, maupun Inggris karena bangsa Indonesia mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:
§  Perjuangan bersifat lokal / kedaerahan
§  Perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang bersamaan
§  Perjuangan pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik
§  Perjuangan menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan senjata
§  Para pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin di Indonesia
Bangsa Indonesia sadar bahwa penjajah yang terorganisasi dengan baik tidak mungkin dapat dikalahkan oleh perjuangan yang bersifat lokal dan tidak terorganisasi, oleh karena itu strategi perjuangan baru lebih diorganisasi dengan baik agar setelah abad ke-20 menggunakan strategi yang baru dan bisa mengalahkan penjajah.




2       Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sesudah abad ke-20
Perjuangan bangsa Indonesia setelah abad ke-20 merupakan perjuangan yang sudah menunjukkan karakter yang bersifat nasional. Perjuangan nasional juga dikenal dengan istilah Pergerakan Nasional.
Tak hanya bersifat nasional, tapi bersifat perjuangan diplomasi dan organisasi. Corak perlawanan berubah dari pola perjuangan fisik (memakai senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi). Berubahnya corak perlawanan terhadap penjajah pada masa pergerakan nasional terwujud berkat meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru, yaitu kaum intelektual atau golongan terpelajar.
Kesimpulan
Jadi,Negara Indonesia mempunyai berbagai perlawanan terhadap bangsa barat yang berusaha mengambil kekayaan alam diindonesia  dan menguasai daerah-daerah diindonesia contohnya seperti hal yang dijelaskan tadi. SEKIAN TERIMA KASIH
WASSALAMMUALAIKUM WR.WB.